Iklan

Iklan

,

Iklan

Ridho-Bachtiar, Istiqomah dan Sabar Bangkitkan Rakyat dari Kemiskinan

Redaksi
Selasa, 13 Maret 2018, 15:53 WIB Last Updated 2018-03-13T08:53:25Z

Lampung (Timenews.id) -- Pekon Sri Menganten, Kecamatan Pulau panggung, Tanggamus, pernah masuk kategori desa rawan pangan. Perlahan desa ini bangkit lewat program Desa Mandiri Pangan. Muhammad Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri tak sungkan-sungkan melakukan "jemput bola" terhadap program yang berpihak pada rakyat. Memang, tidaklah mudah, namun dengan usaha yang gigih dan istiqomah, segala hal bisa berhasil. Ini dilakukan Ridho-Bachtiar dalam menegentaskan kemiskinan di Lampung.

Pada tahun 2012, Sri Menganten sendiri masuk kategori desa rawan pangan. Lalu, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, melalui dana Bantuan Sosial (Bansos) Desa mengucurkan dana Rp100 juta untuk usaha produktif warga. Pilihannya pada budidaya ikan air tawar. Ini sesuai dengan sumber daya manusia dan sumber daya lokal di daerah itu. Saat ini ada 97 desa yang masuk program Desa Mandiri Pangan di Lampung dan terus dimonitor perkembangannya, oleh Dinas terkait. "Karena program ini salah satu prioritas Pak Ridho Ficardo, dalam mengentaskan kemiskinan," kata unsur pimpinan di Dinas Ketahanan Pangan Lampung, Agustus 2017 lalu.

Program Mandiri Pangan merupakan bagian dari Program Aksi Desa Mandiri Pangan (Proksi Demapan). Program ini salah satu program yang berupaya menanggulangi kemiskinan dan sekaligus menangani kerawanan pangan. Bentuknya dengan melakukan pemberdayaan kepada kelompok afinitas (KA), dengan kegiatan pelatihan, pendampingan, dan pemberian dana bergulir. Pilihan budidaya ikan sebagai penopang perekonomian warga, juga berbuah hasil.

Kini, ada empat kelompok tani yang mengandalkan hidupnya dari budidaya ikan air tawar yakni Hidup Mandiri, Jaya Mandiri, Seksi Tujuh 1, dan Seksi Tujuh 2.Menurut Ketua Kelompok Jaya Mandiri, Jaenal Aripin, pada awal pembentukan usaha hanya terdapat empat kolam masing-masing satu kolam di empat kelompok tersebut. Namun kini jumlahnya bertambah menjadi 18 kolam. Tak hanya itu, kegiatan ini juga berdampak pada masyarakat di luar kelompok afinitas di empat desa tersebut. Aksi tersebut berhasil mencetak budidaya ikan air tawar hingga mencapai 100 kolam.

Kami bersyukur atas program ini, karena manfaatnya tak hanya dirasakan empat kelompok, tapi warga di luar kelompok, kata Jaenal Aripin.

Banyaknya dana mengalir ke desa baik dari Pemerintah Provinsi Lampung seperti Gerbang Desa Saburai dan alokasi dana desa dari pusat, membuat desa menggeliat.
Untuk itu, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, terus berkoordinasi agar dana tersebut efektif dan tepat sasaran. "Kami akan mensinergikan kegiatan Desa Mandiri Pangan ini dengan kegiatan lainnya. Misalnya, dengan memanfaatkan dana desa sesuai amanat Permendes 22 Tahun 2016 tentang Dana Desa untuk mengatasi kendala yang dihadapi masyarakat dalam budidaya ikan air tawar. Salah satunya mahalnya pakan, sehingga sangat dibutuhkan bagi satuan kerja terkait untuk melakukan pelatihan pembuatan pakan dan mesin pembuat pakan," kata seorang unsur pimpinan di Dinas Ketahanan Pangan.

Seperti diketahui, Desa Mandiri Pangan merupakan pengembangan program pengentasan kemiskinan di lokasi yang mempunyai potensi sumber daya alam lalu diberikan penambahan modal untuk pengembangan usaha masyarakat miskin, sehingga terjadi peningkatan pendapatan yang berdampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Biasanya untuk sampai pada kemandirian pangan diperlukan sejumlah tahapan. Dari tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan sampai pada tahap kemandirian. Program ini dimulai dari penentuan kelompok afinitas, yaitu kelompok dengan sejumlah anggota (biasanya ada yang 5 hingga 20 orang atau lebih). Mereka bekerja sama secara otonom pada kegiatan aksi langsung.  Kelompok afinitas memberikan tantangan agar seluruh anggota dapat aktif. Mereka diberdayakan oleh kelompok yang terlibat untuk mengambil aksi langsung yang kreatif. (TIM)

Iklan