Iklan

Iklan

,

Iklan

Era Gubernur Ridho, Lampung Masuki Era Mekanisasi Pertanian

Redaksi
Senin, 04 Desember 2017, 14:21 WIB Last Updated 2017-12-04T07:21:51Z

Bandar Lampung (Timenews.co.id) -- Era pemerintahan Gubernur-Wakil Gubernur Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri ditandai dengan mekanisasi besar-besaran sektor pertanian. Ribuan alat dan mesin pertanian (alsintan) disebar ke petani, sehingga Lampung mampu mencapai swasembada padi dan jagung.

Tantangan yang diamanatkan pemerintah pusat agar Lampung mampu menaikkan produksi padi di atas 4 juta ton dan jagung di atas 2 juta ton, harus diimbangi dengan mekanisasi. "Kalau hanya mengandalkan tenaga manusia, sulit untuk bisa mempercepat produksi. Oleh karena itu, sejak awal saya minta kepada Menteri Pertanian agar memprioritaskan bantuan alsintan bagi Lampung," kata Gubernur Ridho Ficardo, Sabtu (2/12/2017).

Bantuan alsintan yang disalurkan mulai produksi hingga pascapanen. Mekanisasi yang dilakukan membuat petani Lampung kini memasuki era pertanian moderen. Menurut Ridho dengan bantuan alsintan membuat olah tanah, tanam, dan panen bisa dipercepat. "Jika bisa dipercepat tentu pola tanam dan panen bisa serentak dan cepat. Ini mengurangi risiko hama dan kehilangan hasil," kata Gubernur Ridho.

Sejak 2015, bantuan alsintan terdiri dari 18 unit pengolah pupuk organik (UPPO), 395 pompa air, 750 traktor roda dua, dan 70 traktor roda empat. Bantuan besar-besaran terjadi pada 2016 yakni 15 UPPO, 442 pompa air, 1.103 traktor roda dua, 354 rice transplanter (mesin penanam padi), dan 98 traktor roda empat. Kemudian, di 2017 653 traktor roda dua, 46 cultivator, 655 pompa air, 30 traktor roda empat, 1.252 handsprayer, 106 rice transplanter, dan 105 alat tanam jagung.

Selain itu, bantuan pascapanen pada 2015 berupa combine harvester (CH) kecil sebanyak 174 unit dan CH besar 25 unit. Pada 2016, bantuan CH kecil diperbesari menjadi 469 unit, CH sedang 216 unit, dan CH besar 50 unit. Pada 2017, bantuan CH kembali dilanjutkan yakni CH sedang 36 unit dan CH besar 128 unit. Seluruh pengelolaan alsintan ini berada di tangan petani dalam bentuk Usaha Pengelolaan Jasa Alsintan (UPJA).

Banyaknya alsintan di tangan petani, menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Horitukultura Provinsi Lampung, Edi Yanto, membuat Pemerintah Provinsi Lampung membentuk Brigade Alsintan tingkat Provinsi Lampung, kabupaten/kota, dan Kodim se-Lampung. "Kita menyadari pemeliharaan mesin ini butuh pengelolaan khusus, karena tak semua petani memiliki keterampilan memelihara mesin," kata Edi Yanto.

Atas kondisi itu, Gubernur Lampung, meminta agar eks Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian, Masgar, Tegineneng, Pesawaran, milik Pemerintah Provinsi Lampung, dijadikan workshop dan bengkel perawatan alsintan. Permintaan tersebut mendapat respon positif Kementerian Pertanian dengan mengalokasikan dana Rp5 miliar untuk membangun bengkel di 2018.

"Untuk sementara perawatan alsintan masih bekerja sama dengan produsen dan distributor. Namun mulai 2018 hingga tiga tahun ke depan, secara bertahap kita membangun workshop tersebut termasuk mendidik mekaniknya agar mampu melayani perbaikan. Nantinya, jika alsintan tidak bisa dibawa ke bengkel, mekanik yang datang ke lokasi," kata Edi Yanto didampingi Kepala UPTD Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Alsintan, Abu Sofyan.

Alsintan yang ada di petani, kata Edi Yanto, merupakan aset bernilai tinggi. Dia mencontohkan, satu mesin pemanen padi bisa berharga hingga Rp300 juta. Oleh karena itu, aset tersebut harus dirawat agar mampu mempercepat produksi. "Tenaga kerja sektor pertanian terus berkurang. Maka harus disiasati dengan mekanisasi," kata Edi Yanto. (Humas Prov)

Iklan